SISTEM KALIBRASI
Setiap aktifitas kehidupan kita sehari-hari, tidak mungkin pernah terlepas
dari kegiatan ukur mengukur, baik untuk skala kecil ataupun besar. Hal ini
karena dari pengukuran dapat ditentukan kuantitas dan kualitas dari sebuah
objek.
Hasil pengukuran yang baik dari suatu kuantitas objek, dapat ditentukan berdasarkan tingkat presisi dan akurasi yang dihasilkan. Akurasi menunjukkan kedekatan nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Untuk menentukan tingkat akurasi perlu diketahui nilai sebenarnya dari besaran yang diukur dan kemudian dapat diketahui seberapa besar tingkat akurasinya. Presisi menunjukkan tingkat keandalan dari data pengukuran yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari standar deviasi yang diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik akan memberikan standar deviasi yang kecil dan bias yang rendah. Jika diinginkan hasil pengukuran yang valid, maka perlu dilakukan pengukuran berulang, misalnya dalam penentuan nilai konsentrasi suatu zat dalam larutan dimana perlu dilakukan pengukuran berulang sebanyak n kali. Dari data tersebut dapat diperoleh pendekatan harga nilai terukur yaitu melalui perhitungan rata-rata dari hasil yang diperoleh dan standar deviasi.
Hasil pengukuran yang baik dari suatu kuantitas objek, dapat ditentukan berdasarkan tingkat presisi dan akurasi yang dihasilkan. Akurasi menunjukkan kedekatan nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Untuk menentukan tingkat akurasi perlu diketahui nilai sebenarnya dari besaran yang diukur dan kemudian dapat diketahui seberapa besar tingkat akurasinya. Presisi menunjukkan tingkat keandalan dari data pengukuran yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari standar deviasi yang diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik akan memberikan standar deviasi yang kecil dan bias yang rendah. Jika diinginkan hasil pengukuran yang valid, maka perlu dilakukan pengukuran berulang, misalnya dalam penentuan nilai konsentrasi suatu zat dalam larutan dimana perlu dilakukan pengukuran berulang sebanyak n kali. Dari data tersebut dapat diperoleh pendekatan harga nilai terukur yaitu melalui perhitungan rata-rata dari hasil yang diperoleh dan standar deviasi.
Faktor-faktor
presisi dan akurasi ini, sangat ditentukan oleh adanya faktor-faktor kesalahan
yang terjadi selama pengukuran. Menurut Miller & dkk (2001), jenis – jenis kesalahan dalam pengukuran dapat
dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Kesalahan fatal (Gross error)
Jenis kesalahan
ini sangat berbahaya, sehingga berakibat pada rusaknya hasil pengukuran secara
total, dengan demikian, pengukuran harus diulangi. Contoh dari kesalahan ini
adalah kontaminasi reagent yang digunakan, peralatan yang memang rusak total,
sampel yang terbuang, dan lain lain. Indikasi dari kesalahan ini cukup jelas
dari gambaran data yang sangat menyimpang, data tidak dapat memberikan pola
hasil yang jelas, tingkat reprodusibilitas yang sangat rendah dan lain lain.
2. Kesalahan acak (Random error)
Tipe kesalahan
ini, merupakan bentuk kesalahan yang menyebabkan hasil dari pengukuran berulang
menjadi relatif berbeda satu sama lain, dimana hasil secara individual berada
di sekitar nilai rata-rata pengukuran. Kesalahan ini memberi dampak pada tingkat akurasi dan kemampuan baca ulang
(repeatability). Kesalahan ini bersifat mutlah dan tidak dapat dihilangkan,
hanya bisa direduksi dengan kehati-hatian dan konsentrasi dalam bekerja.
3. Kesalahan sistematik (Systematic error)
Kesalahan
sistematik merupakan jenis kesalahan yang menyebabkan semua hasil pengukuran
menjadi salah karena bersifat tetap, serta kontribusi kesalahan ini, nilainya
selalu sama disetiap pengukuran yang dilakukan. Hal ini dapat diatasi dengan:
a. Standarisasi prosedur
b. Standarisasi bahan
c. Kalibrasi instrumen
Secara
umum, beberapa hal yang menjadi sumber kesalahan dalam pengukuran sehingga menimbulkan
perbedaan hasil, diantaranya adalah disebabkan oleh:
1. Perbedaan yang terdapat
pada obyek yang diukur. Hal ini dapat direduksi dengan cara:
a. Obyek yang akan dianalisis diperlakukan sedemikian
rupa sehingga diperoleh ukuran kualitas yang homogen
b.
Mengggunakan tekhnik sampling dengan baik dan benar
2. Perbedaan situasi pada saat pengukuran. Perbedaan
ini dapat diselesaikan dengan cara mengenali persamaan dan perbedaan suatu obyek
yang terdapat pada situasi yang sama. Dengan demikian sifat-sifat dari obyek dapat
diprediksikan.
3. Perbedaan alat dan
instrumentasi yang digunakan.
Cara yang
digunakan untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan alat pengatur yang
terkontrol dan telah terkalibrasi.
4. Perbedaan
penyelenggaraan/administrasi.
Kendala
ini diatasi dengan menyelesaikan permasalahannon-teknis dengan baik sehingga
keadaan peneliti selalu siap untuk sehingga melakukan kerja.
5. Perbedaan pembacaan hasil
pengukuran
Kesalahan
ini dapat diatasi dengan selalu berupaya untuk mengenali alat atau instrumentasi
yang akan digunakan terlebih dahulu.
Dari lima faktor penyebab
kesalahan dalam bidang analitik maka peralatan dan instrumentasi sangat
berpengaruh. Peralatan pada dasarnya harus dikendalikan oleh pemakainya. Untuk
peralatan mekanis yang baru relatif semua sistem sudah berjalan dengan optimal,
sebaliknya untuk alat yang sudah berumur akan banyak menimbulkan
ketidakoptimuman karena komponen aus, korosi dan sebagainya. Demikian juga
peralatan elektrik, pencatatan harus selalu dikalibrasi dan dicek ulang
akurasinya. Untuk peralatan yang menggunakan sensor atau detektor maka
perawatan dan kalibrasi memegang peranan penting dalam menjamin keandalan dan
kualitas dari suatu instrumen.
1 Definisi Kalibrasi
Pengertian Kalibrasi ( Calibration ) menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM)
adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan
oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan
ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui, yang berkaitan dari besaran yang
diukur dalam kondisi tertentu. Dengan kata lain, Kalibrasi adalah kegiatan
untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukan alat ukur dengan cara
membandingkan terhadap standar ukurnya (yang telah diketahui nilainya) yang
mampu tertelusur ( traceable ) ke Standar Nasional untuk satuan ukuran dan atau
internasional. Sedangkan, mamputertelusur ( traceable
) menurut Dewan Standarisasi Nasional adalah kemampuan dari suatu hasil ukur
secara individu untuk dihubungkan ke Standar-standar Nasional / Internasional
untuk satuan ukuran atau sistem pengukuran yang disahkan secara Nasional
maupun Internasional melalui suatu mata rantai perbandingan yang tak terputus. Konsep
ketertelusuran pengukuran (traceability
of measurement) dapat diartikan secara sederhana bahwa alat ukur yang
digunakan untuk melakukan suatu pengukuran harus terkalibrasi terhadap alat
ukur lain yang sejenis dan dapat berfungsi sebagai acuan. Alat acuan tersebut
harus terkalibrasi terhadap acuan yang lebih akurat, demikian seterusnya
sehingga sampai pada acuan yang paling akurat yang biasanya adalah Standar
Nasional. Kalibrasi akan dikatakan tertelusur bila setiap mata rantai
pengukuran yang menuju kestandar nasional terdokumentasi serta terdapat bukti mengenai
siapa yang melakukan kalibrasi, alat ukur apa yang digunakan dan bagaimana
hasil kalibrasi ( koreksi dan ketidakpastian). Setiap pekerjaan kalibrasi dalam
rantai pengukuran tersebut harus dilakukan oleh organisasi yang terbukti
memiliki kompetensi teknis sebagaimana yang dipersyaratkan serta mempunyai
perlengkapan yang memadai dan menjalankan sistem mutu yang efektif.
2 Tujuan Kalibrasi
Adapun tujuan dari kegiatan kalibrasi secara garis besar adalah:
1.
Mencapai
ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan / ditelusur sampai
ke standar yang lebih tinggi /teliti (standar
primer nasional dan internasional), melalui rangkaian perbandingan yang
tak terputus.
2.
Menentukan deviasi kebenaran
konvensional nilai penunjukan suatu instrument ukur terhadap nilai
nominalnya atau definisi dimensi nasional yang seharusnya untuk suatu alat/bahan ukur
3.
Menjamin hasil –hasil
pengukuran sesuai dengan standar nasionaldan internasional.
4.
Menjamin dan meningkatkan nilai
kepercayaan didalam proses pengukuran
3 Manfaat Kalibrasi
1. Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di
berbagai industri pada peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki.
2. Dengan melakukan kalibrasi, bisa diketahui
seberapa jauh perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan
oleh alat ukur.
3. Secara umum menjaga kondisi instrumenukur/bahan
ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya.
4. Menjaga konsistensi mutu hasil produk yang
dihasilkan.
5. Mengurangi kegagalan hasil produk.
6. Meningkatkan daya saing dalam pasar global
4. Prinsip Dasar Kalibrasi
Beberapa hal yang harus disiapkan sebelum kegiatan kalibrasi dilakukan
adalah:
a. Obyek Ukur ( Unit Under Test )
b. Standar Ukur (Alat standar kalibrasi, Prosedur /
Metode standar yang mengacu ke standar kalibrasi internasional atau
prosedur yang dikembangkan sendiri oleh laboratorium yang sudah teruji / diverifikasi)
c. Operator/Teknisi ( Dipersyaratkan operator / teknisi
yang mempunyai kemampuan teknis kalibrasi / bersertifikat)
d. Lingkungan yang dikondisikan ( Suhu dan
kelembaban selalu dikontrol, Gangguan faktor lingkungan luar selalu
diminimalkan sebagai sumber ketidakpastian pengukuran).
Hasil kalibrasi dikatakan memenuhi standar apabila berisi informasi sebagai
berikut:
a. Nilai Obyek Ukur
b. Nilai Koreksi/Penyimpangan.
c. Nilai Ketidakpastian Pengukuran
d. Sifat metrologi lain,faktor kalibrasi, kurva kalibrasi.
TUR ( Test Uncertainty Ratio )
adalah perbandingan antara ketidakpastian karakteristik ( specified) dari instrumen yang dikalibrasi terhadap
ketidakpastian instrumen kalibratornya. Spesifikasi alat bisa dianggap sebagai
ketidakpastian terbesar.
5 Interval / Periode Kalibrasi
Jangka waktu atau selang waktu kalibrasi harus ditetapkan pada suatu instrumen
ukur. Secara umum selang / interval kalibrasi dapat ditentukan berdasarkan
:
1. Jenis alat ukur
2. Frekuensi pemakaian
3. Stabilitas
4. Kondisi
pemakaiaan
5. Batas
kesalahan yang ada hubungannya dengan akurasi alat.
Selang kalibrasi
biasanya dinyatakan dalam beberapa cara yaitu :
1. Dinyatakan dalam waktu kalender, misalnya 6 (enam) bulan sekali,
1(satu) tahun sekali, dst.
2. Dinyatakan
dalam waktu pemakaian, misalnya 1000 jam pakai, 5000 jam pakai, dst.
3. Kombinasi carapertama dan kedua, misalnya 6 bulan atau 1000 jam
pakai,tergantung mana yang lebih dulu tercapai.
6 Instrumen Ukur Yang Perlu Dikalibrasi
Instrumen ukur besaran dasar yang perlu dikalibrasi dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
a. Panjang:
Micrometer, Jangka sorong,Mistar, dll.
b. Massa:Neraca
Teknis, Timbangan
c. Waktu:
Stopwacth, Timer , frequency counter
d. Arus
listrik:Ampere meter, multimeter
e. Suhu:
Thermometer, Thermocouple, Furnance, thermistor
f. Jumlah
Zat: Mole
g. Intensitas
Cahaya: Luxmeter, intensity meter
Sedangkan instrumen ukur besaran turunan yang harus dikalibrasi diantaranya
adalah:
a. Tekanan
: Pressure gauge ( manometer ),Hidrolic
b. Isi
: Gelas volumetric (buret, pipet, dll.)
c. Kecepatan
: Tachomete
d. Aliran
( Flowrate ): Flowmeter , Anemometer ( velocity )
e. Gaya
: Mesin uji tarik/tekan, Mesin uji kekerasan
f. Frekuensi
: Frekuensi meter
g. Luas
: Planimetri
h. Energi
: Watt meter
7
Kemampuan Baca Ulang ( Repeatability )
Mampu Baca Ulang ( Repeatability
) adalah kemampuan untuk menghasilkan nilai yang sama dari hasil pengukuran
yang dilakukan berulang dan identik (titik ukur dan waktu yang relatif
sama). Semakin kecil perbedaan hasil pengukuran berulangnya semakin baik
unjuk kerja dari instrumen ukur tersebut. Adapun dalam melakukan pengukuran
berulang harus memenuhi persyaratan:
1. Menggunakan metode atau prosedur yang sama
2. Instrumenukur yang digunakan sama
3. Ruang dan lokasi pengukuran sama
4. Dilakukan oleh observer atau personel yang sama
5. Pengulangan dilakukan dengan periode waktu yang pendek dan konsisten.
8. Istilah
–istilah Dalam Pengukuran dan Kalibrasi
1. Kecermatan ( Accuracy ) Kemampuan dari instrumenukur untuk memberikan indikasi pendekatan terhadap harga
sebenarnya dari obyek yang diukur
2. Ketepatan ( Precision) Kedekatan nilai-nilai pengukuran individual yang
didistribusikansekitar nilai rata –ratanya atau penyebaran nilai
pengukuranindividual dari nilai rata –ratanya.
3. Koreksi
( Corection )Suatu harga yang
ditambahkan secara aljabar pada hasil dari alat ukur untuk mengkompensasi / mengimbangi
penambahan kesalahan sistematik.
4. Kepekaan ( Sensitivity
) Perubahan pada reaksi alat ukur yang dibagi oleh hubungan perubahan
aksinya.
5. Daya baca (
Resolution) Besar pernyataan dari kemampuan peralatan untuk
membedakan artidari dua tanda harga/skala yang paling berdekatan dari besaran
yangditunjukkan.
6. Rentang
ukur ( Range ) Besar daerah ukur
antara batas ukur bawah dan batas ukur atas.
9 Standar Satuan Ukur
Standar satuan ukur
merupakan rujukan atau acuan yang digunakan untuk mengkalibrasi standar untuk
satuan ukuran lain yang tingkat akurasinya lebih rendah atau alat ukur yang
digunakan untuk mengukur /memeriksa karakteristik produk atau proses.
Komentar
Posting Komentar